infopali.co.id Kegagalan Liverpool mendapatkan Alexander Isak dari Newcastle United, yang ditolak mentah-mentah setelah tawaran fantastis Rp 2,4 triliun, awalnya mungkin terasa seperti pukulan telak. Namun, layaknya tendangan penalti yang meleset, kegagalan ini justru membuka peluang emas bagi pelatih baru, Arne Slot, untuk meramu tim yang lebih seimbang dan siap mempertahankan tahta Premier League.
Slot, yang sukses membawa Liverpool juara liga di musim perdananya (2024/2025) dengan tambahan Chiesa, kini berinvestasi besar-besaran, mendekati angka Rp 6,5 triliun. Kedatangan Wirtz dan Ekitike memperkuat lini depan, namun kegagalan merekrut Isak – yang dianggap sebagai penyerang top – bukanlah sebuah malapetaka. Justru sebaliknya, ini ibarat sebuah kartu joker yang memungkinkan Slot untuk membangun pondasi tim yang lebih kokoh.

Liverpool memang dominan musim lalu (84 poin), namun celah-celah mulai terlihat. Gravenberch yang dipaksa bermain lebih dalam, kepergian Alexander-Arnold ke Real Madrid, dan hengkangnya Diaz ke Bayern Munchen, membuka lubang di lini tengah dan sayap. Menghabiskan dana selangit untuk Isak akan menghambat perbaikan sektor-sektor krusial tersebut.
Kini, Slot memiliki kebebasan untuk memilih target yang lebih tepat. Nama-nama seperti Adam Wharton (Crystal Palace) yang memiliki kemampuan distribusi bola mumpuni, Marc Guehi (Palace) yang bisa memperkuat pertahanan, bahkan Rodrygo dari Real Madrid, menjadi opsi yang lebih realistis. Dana yang tadinya dialokasikan untuk Isak, kini bisa dibagi untuk memperkuat beberapa posisi sekaligus.
Dengan strategi belanja yang lebih terarah, Liverpool tetap menjadi kandidat kuat juara. Slot memiliki kesempatan untuk menciptakan tim yang lebih utuh, bukan sekadar mengandalkan satu pemain bintang. Kegagalan merekrut Isak bukanlah akhir dari segalanya, justru menjadi awal dari sebuah perencanaan yang lebih cerdas dan efektif. Ini adalah bukti bahwa terkadang, kehilangan sesuatu yang besar bisa menuntun pada keuntungan yang jauh lebih besar.