infopali.co.id Manchester United melaju ke final Liga Europa, sebuah prestasi yang seharusnya dirayakan dengan meriah. Namun, sorotan media justru tertuju pada detail sekecil plester di jari pelatih lawan, Ruben Amorim. Ini seperti drama Shakespearean yang terbalik: kemenangan epik terkesampingkan, sementara sebuah plester kecil menjadi bintang utama.
Beberapa media, seperti The Sun dan Daily Mail, membuat berita seolah-olah plester tersebut menyimpan misteri besar. The Sun bahkan menyebut Amorim "dipaksa" mengenakan plester, menghubungkannya dengan insiden Amorim menghancurkan televisi beberapa bulan lalu. Narasi ini dibangun di atas dasar informasi yang sangat rapuh: sebuah cuitan anonim dengan jumlah pengikut yang sedikit. Ini seperti membangun istana pasir di atas ombak – rapuh dan mudah runtuh.

Daily Mail juga tak mau ketinggalan, dengan judul yang dramatis dan penuh spekulasi. Mereka menggambarkan Amorim sebagai tokoh laga yang terluka, dengan kalimat "cedera akibat marah di ruang ganti," yang seakan-akan diambil dari film laga Hollywood. Bayangkan, sebuah plester kecil menjadi bahan gosip yang lebih menarik daripada laga final Liga Europa yang sarat gengsi! Anehnya, artikel ini bahkan menyebutkan "beberapa fans khawatir". Seolah-olah seluruh Old Trafford tengah dilanda kepanikan massal akibat plester tersebut.
Sementara itu, klaim The Sun tentang final Liga Europa sebagai "pertarungan pemenang ambil semua senilai £100 juta" juga dipertanyakan. Angka tersebut terkesan dilebih-lebihkan. Pendapatan sebenarnya jauh lebih rendah, bergantung pada performa tim sepanjang turnamen. Klaim tersebut ibarat melebih-lebihkan ukuran ikan tangkapan—ukurannya mungkin hanya separuh dari yang digembar-gemborkan.
Singkatnya, plester di jari Amorim menjadi sensasi yang lebih besar daripada kemenangan Manchester United menuju final Liga Europa. Ini mengingatkan kita bahwa terkadang, hal-hal kecil yang tak penting bisa menjadi lebih menarik daripada peristiwa besar itu sendiri. Sebuah ironi yang cukup menghibur di dunia sepak bola yang penuh drama.