infopali.co.id Liverpool sedang berada di persimpangan jalan. Setelah membelanjakan dana transfer musim panas yang hampir mencapai Rp 4 triliun – termasuk rekrutan besar seperti Florian Wirtz – The Reds masih haus gol. Alexander Isak dari Newcastle United menjadi incaran utama, tapi harga selangitnya, sekitar Rp 3 triliun, membuat manajemen Liverpool harus berpikir keras. Situasinya bak teka-teki rumit yang butuh solusi jitu.
Penjualan Jarell Quansah ke Bayer Leverkusen seharga Rp 600 miliar memang sedikit meringankan beban, namun meninggalkan lubang di lini pertahanan. Marc Guehi dari Crystal Palace menjadi opsi, tetapi harganya juga tinggi. Liverpool pun masih menunggu kepastian soal transfer Darwin Nunez ke Napoli. Jika Nunez dilepas seharga Rp 1 triliun, Liverpool masih perlu mencari tambahan Rp 1,1 triliun untuk memboyong Isak.

Situasi ini memaksa Liverpool untuk mempertimbangkan opsi pahit: mengorbankan pemain bintang. Harvey Elliott, gelandang muda yang bersinar di Euro U-21, memiliki nilai pasar sekitar Rp 800 miliar. Meski bakatnya luar biasa, melepaskan Elliott bisa menjadi kunci untuk mendapatkan Isak. Bahkan, Elliott mungkin bisa dijadikan alat tukar tambah.
Namun, Newcastle tak tinggal diam. Mereka berusaha keras memperpanjang kontrak Isak dan menjadikan sang striker sebagai pemain dengan gaji tertinggi di klub. Mantan kepala pencari bakat Manchester United, Mick Brown, mengatakan negosiasi berjalan positif. Newcastle ingin Isak menjadi pilar masa depan tim.
Liverpool kini berada di ujung tanduk. Mereka harus memilih: melepaskan pemain kunci demi mewujudkan mimpi mendatangkan Isak, atau menunda ambisi besar mereka di bursa transfer musim panas ini. Keputusan ini akan menentukan arah perjalanan Liverpool di musim kompetisi mendatang. Akankah mereka berani mengambil risiko besar, atau bermain aman? Kita tunggu saja kelanjutannya.