infopali.co.id Mateo Kovacic, maestro lini tengah Manchester City, menatap final Piala FA dengan tekad membara. Empat kali final, empat kali pula ia pulang dengan tangan hampa. Sebuah catatan pahit yang kini menjadi motivasi untuk meraih kemenangan manis di Wembley. Seperti pepatah, "tak kenal lelah, pantang menyerah," Kovacic siap mengubah nasib.
Tiga kali kegagalan bersama Chelsea, dan sekali bersama City saat dikalahkan rival sekota, Manchester United, tahun lalu, seakan menjadi bumbu penyedap untuk final kali ini. Kovacic, yang ibarat petarung ulung di lapangan tengah, melihat Piala FA sebagai kunci untuk membuka gerbang menuju kesuksesan di Piala Dunia Antarklub bulan depan di Amerika Serikat.

"Musim ini memang tak berjalan mulus seperti yang kami harapkan," akunya. "Ada pasang surut, seperti ombak yang kadang tenang, kadang mengamuk. Tapi, mengakhiri musim dengan trofi akan menjadi suntikan adrenalin yang luar biasa sebelum berlaga di kancah internasional."
Manchester City memang tak segemilang biasanya. Dominasi di Liga Inggris sirna, Liga Champions pun harus dilepas di babak 16 besar. Namun, Kovacic tak mau larut dalam kekecewaan. Lolos ke final Piala FA, baginya, adalah pencapaian yang patut dihargai. "Di klub sebesar City, kesuksesan mungkin dianggap biasa, tapi banyak tim besar yang musim ini pulang tanpa piala," tambahnya.
Bagi Kovacic, final Piala FA kali ini bukan sekadar pertandingan, melainkan sebuah pertarungan personal. "Ini final kelima saya, dan Wembley selalu istimewa," ujarnya. "Setiap trofi punya cerita sendiri, dan Piala FA, sebagai kompetisi tertua, punya daya pikat tersendiri. Kompetisi ini menuntut performa sempurna di setiap laga."
Kovacic, gelandang andalan Timnas Kroasia, tak sabar menanti laga puncak. Ia berharap perjalanan panjang musim ini berakhir dengan senyum, dengan trofi Piala FA sebagai mahkota kemenangan. Ia ingin mengukir sejarah baru, menghapus catatan pahit masa lalu, dan menggantinya dengan cerita manis keberhasilan.