infopali.co.id Sebuah kabar buruk mengguncang Crystal Palace. Layaknya mimpi indah yang tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk, klub berjuluk The Eagles ini harus rela turun kasta dari Liga Europa ke UEFA Conference League. Keputusan UEFA ini bagai petir di siang bolong, menghantam euforia kemenangan Piala FA mereka.
Semua bermula dari kepemilikan saham ganda. John Textor, pemilik saham di Crystal Palace sekaligus pemilik mayoritas Olympique Lyonnais (Lyon), menjadi biang keladinya. Kedua klub ini sama-sama berhasil lolos ke Liga Europa musim 2024/25. Namun, aturan UEFA yang ketat melarang dua klub dengan pemilik yang sama berkompetisi di ajang Eropa yang sama. UEFA menilai Lyon, yang finis di peringkat ke-6 Ligue 1, lebih berhak mendapatkan tempat tersebut dibandingkan Palace yang mengakhiri musim di posisi ke-12 Premier League, meskipun lolos lewat jalur juara FA Cup—gelar pertama mereka sepanjang sejarah.

Meskipun Textor telah menyepakati penjualan 43% sahamnya di Palace kepada Woody Johnson, pemilik New York Jets, kesepakatan itu terlambat. Tenggat waktu UEFA pada 1 Maret telah lewat. UEFA pun tak memberikan ampun. Keputusan telah bulat: Palace harus rela turun kelas. Tempat mereka di Liga Europa pun diberikan kepada Nottingham Forest.
Reaksi keras pun tak terelakkan. Steve Parish, Ketua Crystal Palace, meluapkan kekecewaannya. "Ini hari yang buruk bagi sepak bola," ujarnya kepada Sky Sports, suaranya dipenuhi kekecewaan. Ia menyebut keputusan ini sebagai pukulan telak bagi para pendukung yang seharusnya merayakan kemenangan bersejarah, bukan malah berduka. Palace pun berencana mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) untuk memperjuangkan hak mereka. Pertarungan belum berakhir, dan perjalanan The Eagles di Eropa masih menyimpan teka-teki. Akankah mereka berhasil membalikkan keadaan? Kita tunggu saja babak selanjutnya.