infopali.co.id Enam bulan lalu, nama Joshua Zirkzee masih menjadi momok di Old Trafford. Penampilannya yang dianggap mengecewakan kala melawan Newcastle membuat pendukung Manchester United sampai mencemoohnya. Sang penyerang Belanda seakan terjerembab dalam kubangan keraguan, bak kapal yang kehilangan arah di tengah badai. Namun, sepak bola memang dinamis, perubahannya begitu cepat, layaknya kilatan petir di langit malam.
Kini, kisah Zirkzee berbalik 180 derajat. Setelah pulih dari cedera, ia menjelma menjadi aset berharga Manchester United. Pelatih Ruben Amorim bahkan menegaskan komitmennya: Zirkzee takkan dijual dan siap menjadi tumpuan di musim 2025/2026. Laporan dari TalkSport menyebutkan bahwa Amorim lebih memilih melepas Rasmus Hojlund jika harus memilih.

Mengapa Zirkzee kini begitu berharga? Perbedaannya dengan Hojlund begitu kentara. Jika Hojlund terkesan monoton, Zirkzee justru tampil lebih komplit. Ia tak hanya menunggu bola, tetapi juga aktif membangun serangan dan menciptakan peluang. Ia seperti seorang konduktor yang mengatur irama serangan Setan Merah.
Bayangkan trisula maut Zirkzee, Matheus Cunha, dan (jika transfernya rampung) Bryan Mbeumo. Ketiganya akan membentuk lini depan yang dinamis dan cair, dengan Zirkzee sebagai porosnya. Didukung umpan-umpan akurat Bruno Fernandes dari lini tengah, lini serang Manchester United akan menjelma menjadi mesin gol yang menakutkan.
Musim lalu, Zirkzee tetap tampil impresif meskipun tim belum padu. Ia menunjukkan kelasnya sebagai pemain yang tangguh dan teknis. Kini, dengan strategi Amorim yang semakin matang dan formasi yang mulai terbentuk, masa depan Zirkzee tampak cerah. Dari pemain yang pernah disoraki, ia kini menjadi simbol harapan baru di lini depan Manchester United, seperti phoenix yang bangkit dari abu.